Netanyahu Balas Ancaman Biden: Israel Akan Berdiri Sendiri, Seandainya Perlu Berperang dengan Kuku

0
5

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis (9/5/2024), ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menahan pengiriman sejumlah senjata tak akan menghambat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza. Pernyataan Netanyahu dapat mengindikasikan bahwa Israel akan melanjutkan invasi ke Kota Rafah yang padat penduduk, bertentangan dengan keinginan AS sebagai sekutu terdekatnya.

Presiden Joe Biden telah mendesak Israel untuk tak melanjutkan operasi semacam itu karena kuatir akan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. Pada hari Rabu (8/5), ia mengatakan AS tak akan menyediakan senjata ofensif untuk serangan terhadap Rafah, sehingga meningkatkan tekanan pada Netanyahu.

Seandainya kami patut berdiri sendiri, kami bluefinsushithaialameda.com akan berdiri sendiri. Seandainya perlu, kami akan beradu dengan kuku. Namun, kami punya lebih dari sekadar kuku, tutur Netanyahu, seperti dirilis kantor informasi AP, Jumat (10/5).

Pasukan memiliki amunisi untuk misi yang direncanakannya dan juga untuk misi di Rafah – kami memiliki apa yang kami butuhkan, kata ia.

Israel telah berulang kali mengancam akan menyerang Rafah, daerah sekitar 1,3 juta orang – lebih dari separuh populasi Jalur Gaza – mencari perlindungan. Kota di selatan Jalur Gaza itu pula ialah pusat utama operasi kemanusiaan, yang sungguh-sungguh terhambat oleh penutupan dua jalur penyeberangan Utama ke Jalur Gaza pada pekan ini.

Israel mengatakan Rafah ialah benteng terakhir Hamas dan militernya patut masuk jikalau berharap membubarkan kelompok hal yang demikian dan memulangkan sejumlah sandera yang diculik dalam serangan 7 Oktober 2023, yang memicu perang ketika ini.

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, seorang politikus sayap kanan, ikut serta merespon ancaman Biden dengan menulis di platform X alias Twitter, Hamas ❤️Biden.

Ben-Gvir dan member koalisi Netanyahu yang ultra-nasionalis mensupport operasi besar-besaran ke Rafah dan mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya jikalau hal itu tak terjadi.

Gencatan Senjata Belum Terang Nasibnya

Klasifikasi bantuan kemanusiaan mengatakan invasi Rafah akan menjadi bencana besar. PBB telah memperingatkan bahwa sebagian besar dari 2,3 juta warga Palestina di Jalur Gaza menderita kelaparan dan komponen Gaza Utara sendiri telah mengalami kelaparan besar-besaran.

Kecuali itu, kondisi ketika ini juga memperumit upaya AS, Qatar, dan Mesir selama berbulan-bulan untuk menengahi gencatan senjata dan pembebasan sandera. Hamas pekan ini mengatakan mereka telah mendapatkan proposal gencatan senjata Mesir-Qatar, tetapi Israel mengatakan proposal hal yang demikian tak memenuhi tuntutan inti mereka. Pembicaraan lanjutan selama sebagian hari dilaporkan berakhir tak meyakinkan pada hari Kamis.

Perang di Jalur Gaza diawali dengan serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan 250 orang lainnya disandera. Klasifikasi militan Palestina disebut masih menyandera sekitar 100 orang, sementara sisanya berhasil dibebaskan.

Semenjak ketika itu pula Israel membombardir Jalur Gaza, yang disebut otoritas setempat menewaskan lebih dari 34.800 warga Palestina, di mana sebagian besar perempuan dan buah hati-buah hati. Serangan Israel, yang dilancarkan dengan amunisi yang dipasok AS, telah menyebabkan kehancuran luas dan memaksa sekitar 80 persen penduduk Jalur Gaza meninggalkan rumah mereka.

Operasi Kemanusiaan Terancam

Dalam perkembangan lainnya, operasi terbatas yang diluncurkan Israel pada Selasa (7/5), di mana sebuah brigade tank merebut sisi Jalur Gaza perbatasan Rafah dengan Mesir, telah membuat operasi kemanusiaan berada dalam krisis.

Israel menutup pintu masuk utama bahan bakar itu dan tak terang akan membukanya kembali. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan mereka cuma memiliki persediaan yang cukup untuk melakukan operasi selama sebagian hari dan telah mulai melakukan penjatahan.

Di lain sisi, Israel memang membuka kembali sisi penyeberangan Kerem Shalom – terminal kargo Utama Jalur Gaza – sesudah serangan roket yang menewaskan tiga prajurit mereka pada akhir pekan lalu, tetapi UNRWA yang ialah penyedia bantuan utama di Jalur Gaza menggarisbawahi bahwa bantuan tak dapat disalurkan ke pihak Palestina karena kondisi keamanan.

Jalur yang baru dibuka kembali di kawasan Gaza Utara masih berfungsi, tetapi cuma 60 truk yang masuk pada hari Selasa, jauh di bawah 500 truk yang menjelang Gaza tiap-tiap hari sebelum perang.

Sementara itu, juru bicara Pentagon Mayor Pete Nguyen menuturkan pada hari Kamis, Dalam sebagian hari akan datang, AS akan memulai upaya yang didorong komunitas internasional untuk memperluas pengiriman bantuan kemanusiaan terhadap masyarakat Jalur Gaza dengan mengaplikasikan dermaga terapung.

Mengutip VOA Indonesia, dermaga terapung di Jalur Gaza mulai dibangun AS semenjak bulan lalu. Tujuannya untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan.